Selasa, 28 Desember 2010

Menghitung Posisi Arah Kiblat Kota Makassar

Data Astronomi Kota Makassar berada pada 5’ 8’ Lintang Selatan (LS) dan 119’ 27’ Bujur Timur (BT), sedangkan kota Mekkah berada pada 21’ 25” LU dan 39’ 56” BT. Nah, Untuk menghitung posisi arah kiblat kota Makassar digunakan rumus berikut
Rumus: Cotan b = (cotan b. Sin a / sin c) – cos a x cotan c
Pertama, kita akan tentukan Sisi a = 90’- (- 5’ 8’) = 95’ 8’
Sisi b = 90’ – 21’ 25” = 68’ 35”
Sudut c = 119’ 27’ – 39’ 56’ = 79’ 31’
Kedua, kita masukan ke dalam rumus berikut:
Cotan b = (cotan b. Sin a / sin c) – cos a x cotan c
= ( cotan 68’ 35’ x sin 95’ 8’ / sin 79’ 31’ ) – cos 98’ 8’ x cotan 79’ 31’
= 0, 397289757 – (- 0,01655606)
= 0, 41384581 kemudian ketik X-1= shief tan= derajat pada kalkulator anda untuk mencari berapa derajatnya.
= 67’ 31’ 4.75’’ atau 67’ 31’
= 90’ – 67’ 31’
= 22’ 29’ ( dua puluh tiga derajat)

Jadi Arah Kiblat kota Makassar berada pada kemiringan 22 derajat 29 menit di atas kutub Barat seperti pada gambar berikut ini:



Catatan :
- Perhitungan harus menggunakan Kalkulator dan berpedoman pada data Astronomi (Ilmu Falaq)
- Bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiyah dan akademis

Menghitung Posisi Arah Kiblat Kota Bima dan Kabupaten Bima

Data Astronomi Bima berada pada 8’ 27’ Lintang Selatan (LS) dan 118’ 45” Bujur Timur (BT), sedangkan kota Mekkah berada pada 21’ 25” LU dan 39’ 56” BT. Nah, Untuk menghitung posisi arah kiblat kota dan Kabupaten Bima digunakan rumus berikut
Rumus: Cotan b = (cotan b. Sin a / sin c) – cos a x cotan c
Pertama, kita akan tentukan Sisi a = 90’- (- 8’ 27’) = 98’ 27’
Sisi b = 90’ – 21’ 25” = 68’ 35”
Sudut c = 118’ 45” – 39’ 56’ = 78’ 49’
Kedua, kita masukan ke dalam rumus berikut:
Cotan b = (cotan b. Sin a / sin c) – cos a x cotan c
= ( cotan 68’ 38’ x sin 98’ 27’ / sin 78’ 49’ ) – cos 98’ 27’ x cotan 78’ 49’
= 0, 424534751 kemudian ketik X-1= shief tan= derajat pada kalkulator anda untuk mencari berapa derajatnya.
= 66’ 59’ 49.53’’ atau 67’
= 90’ – 67’
= 23’ ( dua puluh tiga derajat)

Jadi Arah Kiblat kota dan kabupaten Bima berada pada kemiringan 23 derajat di atas kutub Barat seperti pada gambar berikut ini:



Catatan :
- Perhitungan harus menggunakan Kalkulator dan berpedoman pada data Astronomi (Ilmu Falaq)
- Bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiyah dan akademis

DEMOKRASI DAN ISLAM DARI SUDUT PANDANG KEADILAN.

Intiduction
Banyak orang yang bertanya manakah yang adil pada saat demokrasi diterapkan ataukah pada saat Islam diterapkan?? Kenapa pertanyaan ini muncul? Mungkin karena udah terlanjur kecewa dengan pelaksanaan sistem demokrasi di Indonesia hari ini yang mengkampanyekan penegakan  keadilan, tapi toh sampai hari ini keadilan macam apa yang diberikan kepada rakyatnya. Coba kita tengok fakta-fakta yang terjadi saat ini justru tidak ada satupun cerminan keadilan yang dikempanyekan tersebut atas nama demokrasi? Dibidang pendidikan misalnya justru mahasiswa dihadapkan dengan undang-undang sebut saja UU-BHP (Badan Hukum Pendidikan) yang tidak pro terhadap mahasiswa yang tidak mampu bahkan dikenakan dengan biaya yang tinggi, ini berarti ada komersialisasi didunia pendidikan kita dan hanya yang punya uang sajalah yang nantinnya bisa kuliah di PTN. Kemudian bagaimana di Hukum? Ternyata, tambah parah juga.! Adanya MARKUS (Makelar Kasus) ditubuh Penegak hukum kita semakin memperparah keadaan, banyaknya kasus yang tidak terselesaikan ditambah lagi adanya dugaan KKN dan lain sebagainya, belum lagi penegakan hukumnya yang tidak adil sebut saja misalnya Mbak Minah yang dituduh mencuri 2 buah kakao masa percobaannya 3 bulan sementara para perampok uang negara hanya dihukumi seringan-ringannya, kalau kita gunakan logika matematika untuk membandingkan hukuman yang dilimpahkan pada Mbak Minah dan Koruptor 10 M, misalkan mbak minah mencuri 2 buah kakao dengan harga 2 ribu dengan penjara 3 bulan  maka koruptor yang 10 M tadi akan dipenjara selama anggap saja korupsi 10 ribu berarti penjara 1 tahun maka koruptor tadi akan dipenjara selama 1 juta tahun dan kalau tidak selesai di dunia nanti dilanjutkan di akhirat kelak, belumlagi yang kurupsi 6,7 T seperti yang dirampok oleh perampok uang Negara pada saat Kasus Century Gate 2009.
Sekarang kita lihat bagaimana di bidang sosial-budaya?? Peningkatan 1000 % pelanggaran pidana, ayah memperkosa anak kandungnya, anak membunuh ayahnya, pembunuhan berantai dan pembunuhan multilasi dan masih banyak yang lainnya, belum lagi kasus perzinahan antara suka sama suka yang menurut BKKBN 2008 ternyata gadis remaja kita 62% tidak perawan lagi dan 18 % di antaranya pernah melakukan aborsi apalagi perbuatan amoral ini setiap tahunnya mengalami kenaikan. Terus bagaimana di dunia politik kita hari, di dunia Legislatif kita yang diagung-agungkan oleh mereka yang ada diparlemen hari ini?? Justru semakin tidak bisa dipercaya, semakin hari semakin tambah jadi.! Mereka lupa bahwa yang mereka bawa itu adalah amanah rakyat. Kalau kemudian bukan aturan Allah yang kalian legislasikan di sana lebih baik jangan kamu masuk di situ karena cari dosa saja. Oleh karena itu segeralah bertaubat kepada Allah agar bisa diampuni dosa-dosa yang telah kita perbuat.
Nah marilah kita sentuh bagaimanakan keadilan ketika Islam diterapakan?? Tentu pertanyaan ini belum bisa dijawab secara lengkap karena pada hari ini indonesia belum pernah mengambil syari’ah islam secara kaffah untuk mengatur tatanan kehidupan kita sampai pada aspek pemerintahan. Oleh karena itu dukunglah penerapan penegakan Syari’ah Islam (Selamatkan Indonesia dengan Syari’ah) agar bisa kita lihat ternyata Islam sangat adil dalam menyelesasaikan masalah rakyat. Untuk mengetahui bagaimana islam bisa mengatur semuannya bisa didiskusikan lebih mendalam tentang penegakan Syari’ah Islam dan Khilafah sebagai sistemnya karena ada statement bahwa syari’ah tanpa negara itu sama dengan angan-angan dan Negara tanpa Syari’ah itu sama dengan kesewenang-wenangan.

Demokrasi VS Islam
Demokrasi dan islam biasa orang katakan identik bahkan ada juga sebagian yang menyatakan Demokrasi = Islam atau Demokrasi produk dari Islam. Alasan mereka menyatakan ini mungkin ada dua alasan:
Pertama, Mungkin tidak tahu (bodoh) karena dia memang tidak mau mencari tahu sehingga mereka katakan saja sama.  Kedua, mereka sudah tahu tetapi mereka tidak mau tahu, itu dikarenakan kesombongannya dalam memahami islam sehingga  mereka menklaim islam kan ada syura’nya, dalam demokrasi pun ada syura’nya sehingga mereka katakan islam dan demokrasi sama.
Tetapi ingat bahwa setiap yang memiliki persamaan itu belum tentu dia sama contoh misalnya: monyet punya tangan, telingan, kaki, kepala, bisa berjalan, bisa duduk, bisa berlari manusiapun begitu, monyet bisa bicara manusia pun juga bisa bicara. Apakah bisa dikatakan bahwa manusia = monyet..??? tentu tidak bisa
Nah, Pada diagram dibawah ini akan terlihat bahwa islam dengan demokrasi ternyata berbeda.
Pokok Persoalan
Islam
Demokrasi
1.        sumber
Allah swt
Akal manusia
2.        Pedoman
Alquran dan hadist
Undang-undang
3.        Pembuat hukum
Allah swt
Wakil rakyat dan koncon-konconya
4.        Tolak ukur
Kebenaran yang pasti (qot’i)
Berubah-ubah
5.        Penghapusan hukum
Hukum yang jelas hallal haramnya tidak di hapus
Tergantung dari suara mayoritas, belum tentu benar karena yang hallal bisa jadi harram dan yang harram bisa jadi hallal
6.        Perubahan hukum
Tergantung ilatnya(daruroh)
Tergantung kepentingan
7.        Pengambilan hukum
Dalil syar’i yang kuat berdasarkan ijtihat para fuqaha
Mayoritas dan belum tentu para fuqoha
8.        Penyelesaian masalah
Musyawarah (syura)
Votting/pemungutan suara
9.        Kebenaran
Syari’ah
Mayoritas
10.    Kewajiban negara
Melaksanakan syari’ah islam untuk kemaslahantan manusia
Menjaga kepentingan masing-masing penguasa dan rakyat banyak yang kelaparan
11.    Sosial politik antara laki-laki dan wanita
Sama di semua urusan kecuali kepala negara
Sama total
           
Banyak sekali perbedaannya sebenarnya terutama dicabang-cabangnya tetapi yang disoroti penulis hanya pada aspek pokoknya saja. Sehingga terlihat bahwa islam dan demokrasi sangatlah berbeda.
Kesimpulan.
            Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa demokrasi tidak bisa dijadikan sebagai sistem yang adil dan mampu menyelesaikan masalah ummat apalagi dijadikan sebagai pandangan hidup karena demokrasi bertentangan dengan islam..

Jumat, 24 Desember 2010

RELATION MATHEMATICS WITH PHiLOSOPHY

Introduction
Two rational knowledge that cannot be hesitated again relation it from the time ago untill now is mathematics and philosophy. However, their relation often be defined with mistake or error by some phylosof and  some mathematician, because possible interested by growth philosophy at the period ago. There are some mathematician to give dimiciling especial of  philosophy , they are Charles Bruemfiel, Robert Eicholz and Merril Shanks that cooperation in  in charcoal a geometry schoolbook, they write the the following statement.
“ in the early greek civilization, philosophy was the study of all branches of knowledge. As man’s learnig increased throught the ages, certain disciplines grew until they split away from philosophy and become separate areas of study. We no longer think of medicine, law, mathematics, physics, chemistry, biology, economics, etc. As part of philosophy , although philosophy was the father of all theses sciences” (The Lieng Gie. Philosophy of Mathematics. 1999) 
From party filosof’s  like Francis Bacon ( 1561-1626) figure of Epoch renaissance from english express that philosophy as the great mother of the sciences. Become all science branch of[is inclusive of mathematics assumed to [by] born from famous mother or father as philosophy.
Philosophy and geometry is a mathematics branch, they born at the same time, same in place and from same father that is about 640-546 pre-christian or before Masehi, in miletus. (located in from other sideing west of state turki) from result of so called smart somebody finding of Thales. Therefore a filosof Wesiey Salmon writing a philosophy deliverer  about space, time, and move, the philosophy and mathematics expressed  as the twin sisters.
 Phylosuf or mathematician finding relation of philosophy and mathematics shall be as follows :
*      THALES (640-546 pre-christian )

Thales from Miletus, by all philosophy historian that he is confessed  as “father philosophy”. And some of master he is called as first phylosuf in  this world because pioneering geometry and arithemetic. And then people of yunani input he is as one or the other from seven people of philosof  yunani ( Seven Wise men of greece). Thales represent the philosopher founding experienced sect  ionia and question the single element what becoming base of change  this great world. That is irrigate, where this earth represent an object of form of saucer floating the above water corps which unlimited.
So is thales pioneer cosmology as philosophy nature questioning provenance, nature, and structure from this great world or the universe.
 In history of mathematics thales confessed as creator of first abstraction geometry pursuant to guide network measure the land;ground which have practicing on by nation of babylonia mesir  during for centuries.
He represent the first mathematician from yunani which is by ward bouwsma called as the “father of deductive reasoning”.
Herself confessed  have proved six fundamental theorem of geometri among other things that second  base angle from an  isosceles triangle  is of equal size.
 From above history evidence in the reality opinion that philosophy philosophy represent the father or mother from mathematics is wronging. Mathematics have never borned from philosophy but both expanding together and born from one who is of equal also.

*      PHYTAGORAS (572-497 pre-christian)

He found the sect phythagureanisme in]crotona which expressing of philosophy that’s substantion from all object is number, where is number as fundamental base  from nature of object.
 Philosophy phythagoras and all its follower  got  a theorem sounding “Number rules the universe”.
 Along with philosophy idolizing that number, the sect analyze and develop the fundamental of mathematics problem which nowadays the inclusive of number theory.
 Number theory by all follower phythagoras hooked;correlated also with the mystique teaching. Example  according to their belief, number 1 deputizing mind, number 2 deputizing men, number 3 deputizing woman, number 4 deputizing justice, and number 5 deputizing married ( number 2 addition  number 3  equal to men addition  woman), etc.
Weakness of metaphysics and mystique doctrine from its sect, phythagoras self is  mathematician  which name it’s famous untill to day to  all people learning mathematics, with the theorem  his phythagoras : sum up from square two side a right-angled triangle equal to it square opposite side ( a2 + b2 = c2 ).

*      ZENO FROM ELIA ( 490-430 pre-christian )

He talk the paradoxs which apropos of congeniality  the move , later space and time during for centuries bewilder all phylosuf and mathematician. Paradox conference  he are famous that is as follows :
 Dichotomy mistake : according to zeno move  impossible happened . To make a move to to reach certain distance, that object only go through 1 / 2 from such distance and before pass through over 1 / 2 must also pass the 1 / 2 from previous distance and so also further. This means space which can be divided into a dichotomy which its amount unfinited impossible to be gone through certain within. Therefor make a move from one other point to point others is impossible.

*      PLATO ( 348-428 pre-christian)
If phythagoras emphasize the important mathematics as a medium or appliance for understanding philoshophy, then plato affirm that erudite mathematics as good knowledge pursuant to pure reason become the key toward knowledge and truth philosophy and also for understanding  concerning the nature of ultimate reality.
 According to plato geometry is the science which pure reason proving form abstraction. Example abstraction : a line segment, triangle, perfect circle, etc.
 So highest appreciation of plato, then in the gateway of academic plato ( people place learn the philosophy) written sentence " let no man ignoran of geomtry enter".
In mathematics history that plato have ever speach to express the " God Ever geometrizes"
equation and difference of mathematics and philosophy
 philosophy and mathematics represent the rational knowledge, philosophy and mathematics do not the experiment and not use or need the laboratory appliance. And also math and philosophy move at high storey;level generalitas.
            Though philosophy and mathematics have the equation facet, however difference facet also there is. although both of the same representing of rational knowledge, philosophy and mathematics of each utilizing different rational method . free philosophy we can say  studying with refer to the rational method [is] which is all kinds of while mathematics only work with one logical method that is deduction.
SCOPE OF PHILOSOPHY STUDY
Main problem in philosophy study shall be as follows :
1.      Epistemologi Mathematics
Epistemologi mathematic was knowledge theory which target of the core important is mathematics knowledge. Epistemologi as one part of from philosophy represent the reflective thingking to  various facet from knowledge of like possibility, germinal, nature, boundary, assumption and basis for, coming up with the truth of mathematics
2.      Ontology mathematics
Ontology mathematics as theory aboute what there is. Relation   between  ontologis ( metafisis) and  the mathematics of quite a lot generating problem studied by some mathematician. In mathematics ontology questioned  coverage from mathematics statement ( coverage of real world with the illusive world). View of realism empirik reply that the coverage represent a reality
3.      Methodologies Mathematics
Methodologies mathematics is observation to special method  in mathematics. According to  Alfret Tarski  this solution  known as Methodology of deductive sciences, and then changed by theory of proof ( verification theory). Special method from inveterate mathematics nowadays known as “ axiomatic method or hypothetical-deductive method”
4.      Logical Structure of Mathematics
Logical structure of mathematics represent the part of mathematics philosophy studying about that logical structure. That’s logical structure at one's feet of laws of logic, requiring high in logical precision and reach the logical conclusions. From existing structure hence mathematics defined  as a corps from logical system. So nature from mathematics is logic and even writing in the field of mathematics knowledge need also with the logical style
5.      Ethical Implication from mathematics
Mathematics growth which wide very and fast remarkable progress in this century will do not want to have the certain implication for behavior  human being especially having the character of ethical in society for example : growth of binary arithemetic uniting technologically is electronic borne kinds of computers.
6.      Aesthetic aspect from mathematics .
            In mathematics decision not rarely mathematics viewed as  an art and represent a swan song, mathematics is self contain the beauty. Mathematician Morris kline in its study culturally to mathematics express that " Good Mathematics must satisfy one of the three criteria, immediate usefulness in science, potential usefulness or beauty "...
 Mathematics role in human being civilization history

INTEGRASI KEILMUAN ANTARA SAINS DAN AGAMA


Oleh : DIDIHARYONO
Pendahuluan
            Pada hakekatnya ilmu pengetahuan berasal dari Tuhan pencipta Alam, yang  berupa wahyu, alam semesta beserta hukum yang ada di dalamnya, manusia dengan perilakunya dalam kehidupannya, pemikiran dan pemahamannya serta seluruh ciptaan dan anugrah Allah yang diturunkan ke Bumi demi menghormati manusia yang ada di dalamnya. Dengan demikian pencipta ilmu pengetahuan adalah Tuhan dan yang menemukan ilmu pengetahuan tersebut adalah manusia. Atas dasar pandangan ini kita memahami bahwa dari sekian banyak ilmu yang kita pahami (Ilmu hadits, Ilmu al-qur’an, matematika, fisika, biologi, geologi, antropologi, seni, kedokteran, politik, hukum dan lain sebagainya) secara substansial merupakan  rangkaiyan ilmu pengetahuan yang satu yaitu berasal dari Tuhan.
            Maka sebenarnya tidak ada pandangan yang membedakan  antara ilmu  yang satu dengan ilmu yang lain karena kita ketahui bahwa ilmu itu tetap ilmu tidak ada dikotomis ilmu pengetahuan melainkan ilmu itu berasal dari yang satu yaitu Tuhan semesta Alam. Seluruh ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama dan istilahnya baik dalam ilmu agama islam, maupun ilmu umum. Kita sering temukan aliran atau mazhab yang beragam dari berbagai cabang ilmu yang cukup berpengaruh terhadap pola pikir, pola sikap dan cara pandang umat. Dimana dari satu sisi sangat besar pengaruhnya terhadap khazanah pemikiran manusia, namun disisi lain umat dapat berpecah belah bahkan bermusuhan dan konflik yang berkepanjangan.
            Salah satu pengebab kemunduran peradaban umat, khususnya umat islam pada saat ini adalah adanya pemisah (dikotomi) antara ilmu agama dengan ilmu umum, padahal jika kita tela’ah secara historis dari sejarah peradaban islam, ilmuwan-ilmuwan muslim pada saat itu misalnya Ibnu Sina, disamping  dia ahli pada bidang kedokteran, dia juga ahli Agama yang sampai pada hari ini dia dikenal di dunia sebagai bapak kedokteran Dunia begitu juga dengan ilmuwan-ilmuwan muslim lainya seperti Abu Musa Al-Khawarizmi, Ibnu Rusd, Abu Al-Haitham, Al-Biruni dan lain sebagainya. Pemisah kedua ilmu tersebut pada awalnya hanya sekedar spesifikasi, agar terjadi penggalian ilmu secara mendalam yang professional dan mampu mengaktualisasikan untuk kemajuan peradaban, hanya saja belakangan ini telah terjadi  stigma (anggapan) yang sangat jauh, sehingga timbul kesan ilmu agama hanya mengarah pada pembentukan spiritual saja dan tidak menganggap menyentuh pergaulan sosial sehingga menjadi pemicu kemunduran peradaban islam.
            Sebaliknya dengan pemahaman yang berbeda di tengah masyarakat  yang sudah terlena dan terlarut pada pandangan skeptis dimana ilmu dunia banyak mengiring kepada sikap liberalisasi umat, mendekati umat pada kesesatan bahkan dipandangnya ilmu itu hanya sebatas di dunia yang dapat menyesatkan dan menjauhkan diri dari hukum-hukum tuhan yang telah diwahyukan kepadanya. Oleh karena itu agar tidak terlena dengan berlarutnya kedua pandangan tersebut maka perlu menjadi perhatia serius supaya tidak menimbulkan stigma negatif bagi kelangsungan hidup dan kemajuan peradaban umat. Sehingga hubungan antara sains dengan agama perlu, seperti yang telah dikatakan oleh Albert Enstein bahwa Ilmu Pengetahuan tanpa Agama buta, Agama tanpa Ilmu pengetahuan Pincang.
Pembahasan
Objek Kajian Keilmuan
            Dalam kajian keilmuan pembagian adanya ilmu agama dengan ilmu umum adalah kesimpulan manusia yang mengidentifikasikan  ilmu berdasarkan objek kajian. Tetapi ketika kita  melihat bahwa Al-qur’an dan Sunnah sesungguhnya tidak membedakan antara ilmu agama dengan ilmu umum, bahkan menurut Imam Suprayogo dalam bukunya Rekonstruksi Paradigma Keilmuan Perguruan Tinggi Islam menyetakan bahwa posisi ilmu agama dan umum digambarkan dalam bentuk pohon ilmu, dimana Al-qur’an dan sunnah diposisikan sebagai hasil eksperimen dan penalaran logis atau menjadi sumber keilmuan.
            Maka makna integrasi keilmuan dalam bingkai lembaga pendidikan setidaknya meliputi lima objek kajian:
1.      Jika objek antologis yang dibahasnya adalah wahyu (al-qu’an) termasuk penjelasan Nabi saw berupa hadist dengan menggunakan metode ijtihad maka ilmu yang dihasilkan adalah ilmu-ilmu agama seperti teologi islam, fiqih, tafsir, hadist dan tasawuf.
2.      Jika objek antologis yang dibahasnya adalah alam semesta,  jagat raya  termasuk Galaxi bima sakti seperti langit bumi berserta segala isinya maka ilmu yang dihasilkan adalah Natural Sciences (ilmu alam) yaitu astronomi, astrologi, geologi, fisika, kimia, matematika, biologi dan lain sebagainya.
3.      Jika objek kajian antologisnya perilaku ekonomi, perilaku budaya, agama, sosial dengan menggunakan penelitian, eksperiment di Laboratorium seperti wawancara, observasi, penelitian terlibat (ground Research) maka yang dihasilkan adalah ilmu-ilmu sosial, ilmu politik, ilmu hukum, ilmu budaya, sosiologi agama dan lain sebagainya.
4.      Jika objek pemikirannya adalah akal pikiran dan pemikiran yang mendalam dengan menggunakan metode mujadalah atau logika terbimbing, maka yang dihasilkan adalah filsafat dan ilmu-ilmu Humaniora.
5.      Jika objek kajiannya berupa intuisi batin dengan menggunakan mentode pencucian batin (tazkiyah an-nafs) maka ilmu yang dihasilkan adalah ilmu ma’rifah.
Inilah objek kajian yang kita kenal dalam lembaga pendidikan kita, sehingga  basis keilmuan (ontologis), batas-batas dan dasar pengetahuan (epistimologis) dan kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia termasuk kajian tentang nilai, etika dan estetika (aksiologi) merupakan program integrasi keilmuan. Karena bangunan keilmuan yang telah terintergrasi tidak mempunyai arti jika didominasi oleh ilmu yang tidak bermoral (bernilai spriktual), sehingga diperlukan integrasi keduanya (ilmu agama dan ilmu umum). Jika seorang ilmuwan tidak mampu memahami dan mengintegrasi ilmu yang telah diturukan di Bumi (sesuai dengan keadaan dan permintaan penghuni Bumi) maka sebaiknya  ilmu tersebut di kembalikan ke Langit saja agar langit tidak repot lagi memikirkan keadaan Bumi.
Antara Sains dan Agama
            Ilmu sains tergolong  dalam kumpulan sains terapan yang dikaitkan dengan teori dan dasar untuk menciptakan suatu hasil atau sesuatu yang dapat member manfaat kepada manusia. Jelasnya sains merupakan pemahaman ilmu tentang fenomena fisik yang sesuai dengan perspektif islam yang digunakan di dalam teknologi dengan menggunakan kaidah yang paling efisien dan tepat di dalam mengkaji ilmu pengetahuan.
Sains adalah produk manusia seperti halnya musik, film, lukisan, bangunan dan lain sebagainya. Begitu mendengar suara alunan musik, seseorang dapat langsung mengenali apakah ini tipe music keconcong, pop, dangdut, jaz atau yang lainnya. Demikian pula melihat film, lukisan, bangunan dan lain sebagainya, bisa kita identifikasi objek apa yang kita lihat.
            Secara sederhana, sains dapat dikatakan sebagai produk manusia dalam menyimak realitas. Terkait dengan penyertian ini, maka sains juga tidak menjadi tunggal atau dengan kata lain aka nada lebih dari satu sains dan satu dengan yang lain dibedakan pada apa makna relitas dan cara apa yang dapat diterima untuk mengetahui realitas tersebut. Tujuan sains dalam perspektif agama adalah untuk mengetahui watak sejati segala sesuatu sebagaimana yang telah diberikan tuhan dan memperlihatkan kesatuan hukum alam, hubungan seluruh bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari kesatuan prinsip ilahiah.
            Prinsip ilahiah (ayat-ayat kauniyah) yang terkandung dalam Al-qur’an dan Sunnah lebih istimewa dari mukjizat nabi-nabi sebelumnya dapat dinikmati dari zaman Rasulullah saw sampai akhir jaman. Prinsip ilahiyah inilah yang meliputi bidang kajian ilmu pengetahuan dan ilmu sosial hingga ilmu alam yang bersifat empiris, prinsip ini sesuai dengan perubahan jaman yang mengagungkan kecerdasan akal serta sains dan teknologi.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-qur’anul karim:
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami dari segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bahwa Al-qur’an itu benar……..   (QS Fussilat 41:53)
            Disegenap penjuru itu artinya disemua bidang ilmu pengetahuan termasuk ilmu alam dan ilmu eksakta dan masih banyak ayat-ayat al-qur’an yang mendorong manusia supaya berfikir dan mengkaji serta memahami alam raya ini seperti:
*            “……maka apakah kamu tidak menggunakan akal? “ (QS. Al-an’am 6 : 32)
*            “……maka apakah mereka tidak memikirkannya?”     (QS Yassin 36 : 68)
*            “……maka apakah kamu tidak memperhatikannya?” (QS Al-Dhariyat 51: 21)
*             “Maka mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Kalau sekitranya Al-Qur’an bukan dating dari Allah SWT tentulah mereka menemukan pertentangan yang banyak didalamnya”.  (QS An-Nisa’ 4: 82)
*            Ditambah pula dengan hadist yang terkenal dari rasulullah saw ;
Ø  Belajar adalah suatu kewajiban atas setiap muslim, lelaki atau perempuan” (HR Ibnu Majah)
Ø  “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina” (HR Masyhut)
Ø  “Barang siapa yang memudahkan jalan untuk mencari ilmu niscaya Allah akan memudahkan jalannya ke Surga” (HR Muslim)
Ø  “barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu ia berada di jalan Allah sehingga ia kembali” (HR At-Tirmidzi)
Berfikir dan membuat penelitian tentang jagad raya ditegaskan oleh Al-Qur’an karena dapat memperkokoh iman si pengkaji dan hasil kajiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia seperti penemuan teori Barat modern yang termasyur yang dikenal dengan The Big Bang Theory (teori ledakan besar) yang menyatakan bahwa alam semesta (galaxies) yang ada sekarang adalah hasil suatu ledakan besar dari satu pusat (nebula utama), dana juga menurut teori ini pada akhir jaman semua bahan-bahan di alam semesta akan bertemu kembali menuju satu pusat yang sama yang dikenal dengan lubang hitam (black Hole). Dari teori ini, kita ketahui bahwa tidak ada perbedaan antara penemuan ini dengan intruksi Al-qur’an yang turun berabad-abad sebelum ditemukan the big bang theory, Allah telah menggambarkan bagaiman proses penciptaan Alam semesta dan kemudian menginformasikan bahwa akan terjadi hari kiamat (the last after) dalam firmannya:
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sム.
Dan apakah orang-orang kafir, tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami ciptakan yang hidup. Maka mengapakah mereka juga tidak beriman (QS. Al-Anbiyah 21:30) .....
(Ingatlah) pada hari kami menggulung langit seperti menggulung lembaran kertas… (SQ Al-Anbiya 21:104)  
Kedaan langit pada hari Kiamat itu hampir sama dengan teori “menggulung langit” oleh ahli astronomi Barat yang menyatakan bahwa semua bahan di alam semesta akan kembali menuju kesuatu pusat yang sama bernama Black Hole.
Oleh karena itu sejarah telah mencatat bahwa ledakan ilmu yang pertama dalam   sejarah manusia terjadi dalam peradaban islam.  Peradaban Islamlah yang pertama kali meletakan dasar ilmu pengetahuan yang menggunakan kaidah yang logis, sistematis dan eksperimental. Kini, sains dan teknologi dipuja dan diletakan pada posisi yang tinggi seolah-olah bisa menyelesaikan semua masalah manusia.
Al-Qur’an dan Alam Semesta
Al-Qur’an telah menambahkan dimensi baru dalam studi mengenai fenomena fisik dan membantu pikiran manusia untuk melampaui batasan-batasan alam materi. Al-qur’an sama sekali tidak memandang bahwa dunia materi adalah sesuatu yang lebih rendah. Bahkan sebaliknya, Al-qur’an dengan tegas menyatkan bahwa dalam dunia materi terdapat tanda-tanda yang dapat membimbing manusia kepada Allah, membuka misteri kegaiban dan sifat-sifat keagungan-Nya.
Alam semesta yang sedemikian luas ini adalah ciptaan Allah swt dan Al-qur’an mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap misteri keajaiban dan rahsianya serta memerintahkan manusia untuk menyaksikan eksistensi Tuhan melalui ciptaan-Nya, menyingkap tabir kegaiban-Nya melalui perhatian mendalam akan realitas kongkrit yang terhampar luas di langit dan di bumi. Inilah yang harus dilakukan oleh ilmu pengetahuan yakni melakukan observasi untuk kemudian menarik dana menemukan hukum-hukum alam yang dpeeoleh dari hasil observasi dan eksperimen. Dengan kata lain dapat sampai ke sang pencipta melalui observasi yang diteliti dan tepat tentang hokum-hukum yang mengatur fenomena alam semesta. Dalam hal ini Al-qur’an menunjukan adanya realitas intelektual yang agung yaitu Allahswt lewat penelitian yang cermat dan mendalam akan semua ciptaan-Nya.
Al-qur’an menegaskan bahwa pikiran yang menyatakan bahwa alam semesta diciptakan sebagai sebuah permainan belaka hanya timbul dari orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka seharusnya menyadari bahwa alam semesta yang sedemikian luas ini, dengan keajaiban dan rahasia yang tersimpan di dalamnya, bukanlah diciptakan oleh seorang untuk tujuan  bermain-main melainkan diciptakan oleh Tuhan yang maha bijaksan dan yang maha adil. Sungguh tidak wajar anggapan yang menyatakan bahwa Allah pencipta alam semesta ini dengan sia-sia sebab perbuatan baik dan buruk, kebaikan dan keburukan masing-masing akan mempeoleh balasan. Anggapan penciptaan alam semesta sebagai permainan belaka merupakan khayalan sia-sia dari orang kafir karena seluruh alam semesta beserta isinya itu diciptakan dalam kebenaran dan keadilan sebagaimana difirmankan Allah:ƒ .. 
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi  beserta apa yang ada diantara keduanya dengan bermain-main. kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan tujuan yang hak (benar) tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS Al-Dukhan 44:38-39)
Dengan demikian, orang yang beriman akan tetap berdiri di atas landasan yang kukuh, memahami  dan menyadari alasan-alasan penciptaan yang ditentukan oleh Allah sang pencipta. Dalam penilaianya, Allah adalah pencipta alam semesta, Allah adalah kebenaran tertingi dan sebab dari semua sebab, dia tetap ada pada saat tidak ada sesuatupun dan Dia akan tetap ada pada saat segala sesuatu akan kehilangan keberadaanya. Sebaliknya kaum kafir berdiri di atas landasan yang rapuh dan berbicara hanya berdasarkan pada dugaan, ramalan dan prasangka yang tidak pasti. Pandangan sedemikian sempit dan dibatasi oleh tabir struktur materi, sehingga ia tidak mampu melihat hakikat sesuatu yang berada dibalik materi itu. Inilah perbedaan yang paling  mendasar antara orang yang beriman dengan orang yang tidak beriman.
Orang yang beriman berpikir bebas dan melihat hidup sebelum dan sesudah berakhirnya alam semesta sebagai dua sisi dari gambar yang sama. Sedangkan orang kafir berdiri sebagi orang yang terpenjara oleh alam semesta, mereka melihat dunia ini seolah-olah kekal dan abadi. Mereka tidak mampu memahami bahwa kekekalan dan keabadian itu sesungguhnya hanya ada pada sifat-sifat Allah tuhan yang menguasai alam semesta ini. Allah berfirman:
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dia yang menghidupkan dan mematikan dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu. Dialah yang awal dan yang akhir, yang dzahir dan yang batin dan Dia maha mengetahui segal sesuatu. (QS Al-Hadid 57:2-3).
            Al-qur’an berusaha mengangkat derajat manusia pada kedudukan yang tinggi dengan menunjukan bahwa manusia diberikan kemampuan untuk melihat dan memahami sifat-sifat sejati Allah dan kemudian merenungkan kemuliaan dan kebesara-Nya.
            Jadi Al-qur’an memberikan kepada manusia kunci ilmu pengetahuan tentang bumi dan langit seta menyediakan peralatan untuk mencari dan meneliti segala sesuatu agar dapat mengungkap dan mengetahui keajaiban dari kedua dunia itu. Al-qur’an juga mendorong manusia untuk memperoleh sesuatu dari dunia iniyang bermanfaat bagi kesejahteraan. Al-qur’an juga mengajarkan agar manusia tidak khawatir atau takut trhadap kekuatan itu secara tepat karena semua itu diciptakan bagi kepentingan hidup manusia.
Tela’ah Historis: Sumbangsi Islam terhadap Perkembangan Sains dan Teknologi
Terdapat beberapa faktor yang menggerakan penemuan baru dalam teknologi islam terutama pada abad VIII M hingga XII M yaitu puncaknya perkembangan teknologi dan peradaban islam. Peranan yang dimainkan islam melalui ajaran merupakan gaya baru momentum yang tinggi dalam pencapaian teknologi pada waktu tersebut. Al-qur’an  banyak sekali menyebut tentang seruan Allah agar manusia terus tekun menimba ilmu pengetahuan dan berusaha dalam mencapai penemuan-penemuan baru dengan memikirkan tentang tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam menciptakan alam ini.  Bahkan surat yang pertama yang diturunkan kepada Muhammad saw adalah seruan tuhan kepada manusia untuk mencari ilmu pengetahuan.
Peradaban sains dan teknologi serta kebudayaan dalam perkembangan islam disebabkan oleh meningkatnya taraf kehidupan dikota-kota yang dihuni oleh islam. Peradaban kota tersebut disebabkan oleh ajaran islam yang diamalkan oleh penduduknya maka secara tidak langsung, islamlah yang telah mendorong, mengembangkan dan meningkatkan kemajuan teknnologi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikatakan oleh George Sarton (ilmuan  sains Barat) bahwa: “Para pengkaji yang berhubungan dengan zaman pertengahan telah memberikan kepada kita ide  palsu sama sekali tentang pemikiran sains zaman pertengahan karena kemampuan mereka yang terlalu eksklusif kepada pemikiran barat, sedangkan pencapaian tertinggi telah diperoleh oleh orang-orang timur…… sebutan orang ini kepada mereka……Al-Kindi, Al-Khawarizmi, Thabit Ibnu-Qura, Al-Kharkhi, Omar Khayam dll, yang semuanya lebih tinggi dari sarjana-sarjana  yang dipuja dibarat”
Kemudian Sarton menegaskan lagi bahwa :  “Abad ke-9 hampir sepenuhnya berupa abad orang islam,… kegiatan sarjana-sarjana islam dan orang sainsnya, amatlah superior. Merekalah yang menjadi pemegang piwai sebenarnya bagi peradaban masa itu”. Sebelum Salton mengemukakan ini, Smith telah lebih dulu menegaskan  dalam bukunya “The History of Mathematics” bahwa : “Eropa telah berhutang atas Renaissancenya (Pembaharuanya) Kepada zaman keemasan islam ini.
Dalam bidang sains dan teknologi meliputi matematika, kimia, fisika, geologi, astronomi dan lain sebagainya. Namun demikian, tidak seperti bidang-bidang sains lain penemuan teknologi dibidang sains hasil sumbangan pengkaji islam tidak banyak yang dapat diperoleh untuk dijadikan rujukan masa kini. Ini bukan berarti pengkaji islam tidak banyak menyumbangkan teknologi  dalam bidang sains, akan tetapi sebab utamanya terjadi keadaan demikian didasarkan dua factor sabagai berikut:
1.      Pakar-pakar sains dan teknologi pada masa itu lebih banyak menfokuskan usaha-usaha mereka ke arah penggunaan teknologi yang diciptakan dari penemuan mereka, bidang penulisan tidak difokuskan sepenuhnya oleh karena desakan yang kuat dan keperluan yang penting untuk menciptakan dan menggunakan teknologi yang dihasilkan.
2.      Memang tidak tidak bisa dipungkiri bahwa ketika jatuhnya satu demi satu negeri-negeri muslim ditangan penjajah, banyak buku-buku dan manuskripsi yang dihasilkan oleh ilmuan-ilmuan muslim telah musnah dan binasa. Antara buku-buku yang masih tertinggal dan dapat diselamatkan ialah kitab al-Hiyal yang ditulis oleh Al-Jazari, Book of Artifinces yang ditulis oleh Banu Musa dan The Sublime Methods Of Spritual Mechines yang ditulis oleh Taqi Al-Din.
Sumbangan sains mekanikal yang utama dalam teknologi islam ialah alat mengangkut air untuk digunakan untuk pengairan, perumahan, industry dan lain sebagainya. Mesin pengangkut air yang pertama disebut shaduf yang digunakan Mesir dan Syria, alat yang murah dan mudah ini masih digunakan di Mesir hingga sekarang. Dua lagi alat pengangkut air yaitu Saqiya dan Nauja. Saqiya digerakan oleh tenaga seekor binatang ternak digunakan untuk memutarkan roda sehingga air bisa diangkut sedangkan Nauja yaitu perbaikan mesin yang pertama dengan menggunakan empat pencedok untuk meningkatkan kuantitas air ynag diangkat. Oleh karena itu, benar yang dikatakan oleh Dr-Ing Fahmi Amhar (2010) dalam bukunya TSQ Stories: Kisah-kisah penelitian dan pengembangan sains dan teknologi dimasa Peradaban Islam bahwa negeri kincir angin yang pertama bukan Belanda. Dia melanjutkan bahwa negeri kincir Angin pertama-tama pastilah suatu wilayah dalam Daulah Khilafah. Daulah Islam banyak wilayah yang kering, dimana air saja cukup langka, apalagi sungai yang dimanfaatkan sebagai sumber energy. Karena itu, di daerah kekurangan air tetapi memiliki angin yang stabil, kincir angin dapat dikembangkan sebagai altenatif sumber energy untuk industry.
Pengembangan teknologi kincir angin dimuat dengan jelas dalam kitab Al-Hiyal karya Banu Musa bersaudara dan kincir angin pertama kali digunakan dipropinsi Sistan, Iran timur sebagai mana dicatat oleh geographer Istakhri pada abad ke-9 M. Jadi masuk diakal jika sejarahwan Joseph Needham (1986) menulis bahwa “sejarah kincir angin benar-benar diawali oleh kebudayaan Islam”.
Membangun Peradaban Islam Modern
            Membangun peradaban islam Modern tidak hanya sekedar berteori saja akan tetapi harus direalisasikan dalam kehidupan dan tentunya Negara harus mempunyai peran penting dalam membangun kualitas generasi ke depan agar memiliki skill (kemampuan) dan inner capacity (potensi yang tak terbatas) di bidang masing-masing untuk menopang keberlangsungan peradaban umat yang disemangati oleh nilai-nilai Islam. Secara historis kejayaan peradaban Islam sebagai the Golden age (abad keemasan islam) merupakan aktualisasi dari kajian mereka terhadap islam dan kekonsistenanya dalam mendakwahka islam sebagai rahmatan lil alamin. Pada masa itu Eropa mengalami kegelapan peradaban, dimana orang yang gila dikatakan sebagai orang yang dimasuki oleh roh jahat (iblis) dan obatnya adalah harus dibunuh tetapi oleh Ibnu Sina (bapak kedokteran dunia) yang hidup pada masa peradaban islam bahwa orang yang gila harus diobati dengan cara dipisahkan dari orang yang waras agar tidak mengganggu orang lain.
            Oleh karena itu, peradaban islam harus dibangun mulai dari individu-individu yang sadar akan eksistensinya sebagai manusia yang memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang alam semesta, manusia dan kehidupan yang sumber rujukannya berdasarkan Al-qur’an dan sunnah kemudian didukung oleh para intelektual muslim yang telah paham dengan peradaban Islam modern dan tentunya Negara atau pemerintah harus berperan penting di dalamnya atau bahkan harus memberikan hadiah (beasiswa) kepada para ilmuan yang telah berhasil mendapatkan penemuan baru dibidangnya masing-masing seperti peran pemerintah Unite State, Jerman, Rusia, China, Jepang dan Negara-negara maju lainnya dalam mencetak para ilmuan yang menguasai bidangnya. Dan tentunya dalam membangun peradaban islam modern di Indonesia, kita memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan negara nonmuslim lainnya  karena kita sebagai umat muslim pernah memimpin dunia, bahkan konon kota Bagdad  dikenal dengan kota 1001 malam betapa indahnya Bagdad pada saat itu sehingga barat belajar di dunia muslim.
Pertanyaan besar kenapa pada saat itu kita bisa menguasai dunia? Peradaban terindah dunia pada saat itu adalah peradaban islam? Jawaban sederhananya adalah karena pada saat itu sumber inspirasi para ilmuan adalah al-qur’an dan sunnah sehingga banyak ilmu (saqofah islam) yang didapatkan, contoh, dalam sistem ekonomi kita kenal dengan ekonomi Islam yang mengharam riba (berlipat ganda), dalam ilmu pemerintahan kita kenal dengan pemerintahan islam (Khilafah Islam) yang menuntut pemimpinnya supaya jujur, adil dan tidak korupsi, pendidikan yang tidak materialistik, budaya yang tidak hedonistik, politik yang jujur, berdagang yang tidak menipu orang lain dan lain sebagainya. Nah inilah nilai-nilai ilahiah yang harus tertanam dalam diri individu-individu, kelompok-kelompok bahkan Negara, jika nilai ilahiah ini sudah tertanam dalam jiwa bangsa dan diaplikasikan dalam kehidupan bernegara kita maka yakin dan percaya peradaban islam modern akan bisa diwujudkan dalam waktu yang dekat. Oleh karena itu, peradaban islam modern bisa terwujud jika kita menggali semua inspirasi kita berdasarkan instruksi Al-Qur’an dan Sunnah sebagai landasan kita sehingga terwujudlah insan kamil yang berjiwa islami.
Kesimpulan
 Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kajian keilmuan pembagian adanya ilmu agama dengan ilmu umum adalah kesimpulan manusia yang mengidentifikasikan  ilmu berdasarkan objek kajian akan tetapi semua ilmu itu berasal dari tuhan pencipta semesta Alam.  Begitu pula dengan sains dan teknologi tidak pernah bertentangan dengan ajaran islam. Itu sebabnya ilmuan muslim pada saat itu menggali inspirasinya berdasarkan Al-qur’an dan sunnah Rasul saw.
Perkembangan sains menyebabkan umat islam lebih memahami dan meyakini akan keagungan Allah swt karena semakin banyak kita menemukan pengetahuan baru maka semakin kita merasa bahwa ilmu yang kita miliki masih sedikit dibandingan dengan ilmu Allah sehingga bertambahlah keyakinan kita akan keagungan Allah tuhan semesta alam. Sementara jika teknologi yang mementingkan kehidupan materelistik dan keduniaan semata tanpa dilandasi dengan keimanan kepada Allah swt sebenarnya tidak akan memberikan manfaat kepada manusia, malahan akan menimbulkan mudharat dan kebinasaan bagi manusia itu sendiri.

Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan Sunnah
Alhumami, A. 2006. Sains dan Teknologi dalam Islam. Jakarta: Republika
Arsyad, Azhar dkk. 2009. Membangun Universitas menuju Peradaban Islam Modern. Makassar: Alauddin Press
Bambang Pranggono, H. 2005. Mukjizat Sains dalam Al-Qur’an: Menggali Inspirasi Ilmiah. Bandung: Ide Islami
Fahmi Amhar, Dr-ing. 2010. TSQ Stories: Kisah-Kisah  Penelitian dan Pengembangan Sains dan Teknologi di Masa Peradaban Islam. Bogor: Al Azhar Press
G. Salton. 1948. The life of sciences. New York: Henry Schumann
Rahman, Afzalur. 2007. Ensiklopedia Ilmu dalam Al-Qur’an: Rujukan Terlengkap Isyarat-Isyarat Ilmiah dalm Al-Qur’an. Bandung: PT Mizan Pustaka
Sulaiman Nordin. 2000. Sains Menurut Perspektif Islam. Dewan Bahasa dan Pustaka. Kuala Lumpur dengan PT. Dwi Rama.
Purwanto, Agus. 2008. Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Al-Qur’an yang Terlupakan. Bandung: PT Mizan Pustaka.