Jumat, 24 Desember 2010

INTEGRASI KEILMUAN ANTARA SAINS DAN AGAMA


Oleh : DIDIHARYONO
Pendahuluan
            Pada hakekatnya ilmu pengetahuan berasal dari Tuhan pencipta Alam, yang  berupa wahyu, alam semesta beserta hukum yang ada di dalamnya, manusia dengan perilakunya dalam kehidupannya, pemikiran dan pemahamannya serta seluruh ciptaan dan anugrah Allah yang diturunkan ke Bumi demi menghormati manusia yang ada di dalamnya. Dengan demikian pencipta ilmu pengetahuan adalah Tuhan dan yang menemukan ilmu pengetahuan tersebut adalah manusia. Atas dasar pandangan ini kita memahami bahwa dari sekian banyak ilmu yang kita pahami (Ilmu hadits, Ilmu al-qur’an, matematika, fisika, biologi, geologi, antropologi, seni, kedokteran, politik, hukum dan lain sebagainya) secara substansial merupakan  rangkaiyan ilmu pengetahuan yang satu yaitu berasal dari Tuhan.
            Maka sebenarnya tidak ada pandangan yang membedakan  antara ilmu  yang satu dengan ilmu yang lain karena kita ketahui bahwa ilmu itu tetap ilmu tidak ada dikotomis ilmu pengetahuan melainkan ilmu itu berasal dari yang satu yaitu Tuhan semesta Alam. Seluruh ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama dan istilahnya baik dalam ilmu agama islam, maupun ilmu umum. Kita sering temukan aliran atau mazhab yang beragam dari berbagai cabang ilmu yang cukup berpengaruh terhadap pola pikir, pola sikap dan cara pandang umat. Dimana dari satu sisi sangat besar pengaruhnya terhadap khazanah pemikiran manusia, namun disisi lain umat dapat berpecah belah bahkan bermusuhan dan konflik yang berkepanjangan.
            Salah satu pengebab kemunduran peradaban umat, khususnya umat islam pada saat ini adalah adanya pemisah (dikotomi) antara ilmu agama dengan ilmu umum, padahal jika kita tela’ah secara historis dari sejarah peradaban islam, ilmuwan-ilmuwan muslim pada saat itu misalnya Ibnu Sina, disamping  dia ahli pada bidang kedokteran, dia juga ahli Agama yang sampai pada hari ini dia dikenal di dunia sebagai bapak kedokteran Dunia begitu juga dengan ilmuwan-ilmuwan muslim lainya seperti Abu Musa Al-Khawarizmi, Ibnu Rusd, Abu Al-Haitham, Al-Biruni dan lain sebagainya. Pemisah kedua ilmu tersebut pada awalnya hanya sekedar spesifikasi, agar terjadi penggalian ilmu secara mendalam yang professional dan mampu mengaktualisasikan untuk kemajuan peradaban, hanya saja belakangan ini telah terjadi  stigma (anggapan) yang sangat jauh, sehingga timbul kesan ilmu agama hanya mengarah pada pembentukan spiritual saja dan tidak menganggap menyentuh pergaulan sosial sehingga menjadi pemicu kemunduran peradaban islam.
            Sebaliknya dengan pemahaman yang berbeda di tengah masyarakat  yang sudah terlena dan terlarut pada pandangan skeptis dimana ilmu dunia banyak mengiring kepada sikap liberalisasi umat, mendekati umat pada kesesatan bahkan dipandangnya ilmu itu hanya sebatas di dunia yang dapat menyesatkan dan menjauhkan diri dari hukum-hukum tuhan yang telah diwahyukan kepadanya. Oleh karena itu agar tidak terlena dengan berlarutnya kedua pandangan tersebut maka perlu menjadi perhatia serius supaya tidak menimbulkan stigma negatif bagi kelangsungan hidup dan kemajuan peradaban umat. Sehingga hubungan antara sains dengan agama perlu, seperti yang telah dikatakan oleh Albert Enstein bahwa Ilmu Pengetahuan tanpa Agama buta, Agama tanpa Ilmu pengetahuan Pincang.
Pembahasan
Objek Kajian Keilmuan
            Dalam kajian keilmuan pembagian adanya ilmu agama dengan ilmu umum adalah kesimpulan manusia yang mengidentifikasikan  ilmu berdasarkan objek kajian. Tetapi ketika kita  melihat bahwa Al-qur’an dan Sunnah sesungguhnya tidak membedakan antara ilmu agama dengan ilmu umum, bahkan menurut Imam Suprayogo dalam bukunya Rekonstruksi Paradigma Keilmuan Perguruan Tinggi Islam menyetakan bahwa posisi ilmu agama dan umum digambarkan dalam bentuk pohon ilmu, dimana Al-qur’an dan sunnah diposisikan sebagai hasil eksperimen dan penalaran logis atau menjadi sumber keilmuan.
            Maka makna integrasi keilmuan dalam bingkai lembaga pendidikan setidaknya meliputi lima objek kajian:
1.      Jika objek antologis yang dibahasnya adalah wahyu (al-qu’an) termasuk penjelasan Nabi saw berupa hadist dengan menggunakan metode ijtihad maka ilmu yang dihasilkan adalah ilmu-ilmu agama seperti teologi islam, fiqih, tafsir, hadist dan tasawuf.
2.      Jika objek antologis yang dibahasnya adalah alam semesta,  jagat raya  termasuk Galaxi bima sakti seperti langit bumi berserta segala isinya maka ilmu yang dihasilkan adalah Natural Sciences (ilmu alam) yaitu astronomi, astrologi, geologi, fisika, kimia, matematika, biologi dan lain sebagainya.
3.      Jika objek kajian antologisnya perilaku ekonomi, perilaku budaya, agama, sosial dengan menggunakan penelitian, eksperiment di Laboratorium seperti wawancara, observasi, penelitian terlibat (ground Research) maka yang dihasilkan adalah ilmu-ilmu sosial, ilmu politik, ilmu hukum, ilmu budaya, sosiologi agama dan lain sebagainya.
4.      Jika objek pemikirannya adalah akal pikiran dan pemikiran yang mendalam dengan menggunakan metode mujadalah atau logika terbimbing, maka yang dihasilkan adalah filsafat dan ilmu-ilmu Humaniora.
5.      Jika objek kajiannya berupa intuisi batin dengan menggunakan mentode pencucian batin (tazkiyah an-nafs) maka ilmu yang dihasilkan adalah ilmu ma’rifah.
Inilah objek kajian yang kita kenal dalam lembaga pendidikan kita, sehingga  basis keilmuan (ontologis), batas-batas dan dasar pengetahuan (epistimologis) dan kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia termasuk kajian tentang nilai, etika dan estetika (aksiologi) merupakan program integrasi keilmuan. Karena bangunan keilmuan yang telah terintergrasi tidak mempunyai arti jika didominasi oleh ilmu yang tidak bermoral (bernilai spriktual), sehingga diperlukan integrasi keduanya (ilmu agama dan ilmu umum). Jika seorang ilmuwan tidak mampu memahami dan mengintegrasi ilmu yang telah diturukan di Bumi (sesuai dengan keadaan dan permintaan penghuni Bumi) maka sebaiknya  ilmu tersebut di kembalikan ke Langit saja agar langit tidak repot lagi memikirkan keadaan Bumi.
Antara Sains dan Agama
            Ilmu sains tergolong  dalam kumpulan sains terapan yang dikaitkan dengan teori dan dasar untuk menciptakan suatu hasil atau sesuatu yang dapat member manfaat kepada manusia. Jelasnya sains merupakan pemahaman ilmu tentang fenomena fisik yang sesuai dengan perspektif islam yang digunakan di dalam teknologi dengan menggunakan kaidah yang paling efisien dan tepat di dalam mengkaji ilmu pengetahuan.
Sains adalah produk manusia seperti halnya musik, film, lukisan, bangunan dan lain sebagainya. Begitu mendengar suara alunan musik, seseorang dapat langsung mengenali apakah ini tipe music keconcong, pop, dangdut, jaz atau yang lainnya. Demikian pula melihat film, lukisan, bangunan dan lain sebagainya, bisa kita identifikasi objek apa yang kita lihat.
            Secara sederhana, sains dapat dikatakan sebagai produk manusia dalam menyimak realitas. Terkait dengan penyertian ini, maka sains juga tidak menjadi tunggal atau dengan kata lain aka nada lebih dari satu sains dan satu dengan yang lain dibedakan pada apa makna relitas dan cara apa yang dapat diterima untuk mengetahui realitas tersebut. Tujuan sains dalam perspektif agama adalah untuk mengetahui watak sejati segala sesuatu sebagaimana yang telah diberikan tuhan dan memperlihatkan kesatuan hukum alam, hubungan seluruh bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari kesatuan prinsip ilahiah.
            Prinsip ilahiah (ayat-ayat kauniyah) yang terkandung dalam Al-qur’an dan Sunnah lebih istimewa dari mukjizat nabi-nabi sebelumnya dapat dinikmati dari zaman Rasulullah saw sampai akhir jaman. Prinsip ilahiyah inilah yang meliputi bidang kajian ilmu pengetahuan dan ilmu sosial hingga ilmu alam yang bersifat empiris, prinsip ini sesuai dengan perubahan jaman yang mengagungkan kecerdasan akal serta sains dan teknologi.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-qur’anul karim:
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami dari segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bahwa Al-qur’an itu benar……..   (QS Fussilat 41:53)
            Disegenap penjuru itu artinya disemua bidang ilmu pengetahuan termasuk ilmu alam dan ilmu eksakta dan masih banyak ayat-ayat al-qur’an yang mendorong manusia supaya berfikir dan mengkaji serta memahami alam raya ini seperti:
*            “……maka apakah kamu tidak menggunakan akal? “ (QS. Al-an’am 6 : 32)
*            “……maka apakah mereka tidak memikirkannya?”     (QS Yassin 36 : 68)
*            “……maka apakah kamu tidak memperhatikannya?” (QS Al-Dhariyat 51: 21)
*             “Maka mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Kalau sekitranya Al-Qur’an bukan dating dari Allah SWT tentulah mereka menemukan pertentangan yang banyak didalamnya”.  (QS An-Nisa’ 4: 82)
*            Ditambah pula dengan hadist yang terkenal dari rasulullah saw ;
Ø  Belajar adalah suatu kewajiban atas setiap muslim, lelaki atau perempuan” (HR Ibnu Majah)
Ø  “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina” (HR Masyhut)
Ø  “Barang siapa yang memudahkan jalan untuk mencari ilmu niscaya Allah akan memudahkan jalannya ke Surga” (HR Muslim)
Ø  “barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu ia berada di jalan Allah sehingga ia kembali” (HR At-Tirmidzi)
Berfikir dan membuat penelitian tentang jagad raya ditegaskan oleh Al-Qur’an karena dapat memperkokoh iman si pengkaji dan hasil kajiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia seperti penemuan teori Barat modern yang termasyur yang dikenal dengan The Big Bang Theory (teori ledakan besar) yang menyatakan bahwa alam semesta (galaxies) yang ada sekarang adalah hasil suatu ledakan besar dari satu pusat (nebula utama), dana juga menurut teori ini pada akhir jaman semua bahan-bahan di alam semesta akan bertemu kembali menuju satu pusat yang sama yang dikenal dengan lubang hitam (black Hole). Dari teori ini, kita ketahui bahwa tidak ada perbedaan antara penemuan ini dengan intruksi Al-qur’an yang turun berabad-abad sebelum ditemukan the big bang theory, Allah telah menggambarkan bagaiman proses penciptaan Alam semesta dan kemudian menginformasikan bahwa akan terjadi hari kiamat (the last after) dalam firmannya:
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sム.
Dan apakah orang-orang kafir, tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami ciptakan yang hidup. Maka mengapakah mereka juga tidak beriman (QS. Al-Anbiyah 21:30) .....
(Ingatlah) pada hari kami menggulung langit seperti menggulung lembaran kertas… (SQ Al-Anbiya 21:104)  
Kedaan langit pada hari Kiamat itu hampir sama dengan teori “menggulung langit” oleh ahli astronomi Barat yang menyatakan bahwa semua bahan di alam semesta akan kembali menuju kesuatu pusat yang sama bernama Black Hole.
Oleh karena itu sejarah telah mencatat bahwa ledakan ilmu yang pertama dalam   sejarah manusia terjadi dalam peradaban islam.  Peradaban Islamlah yang pertama kali meletakan dasar ilmu pengetahuan yang menggunakan kaidah yang logis, sistematis dan eksperimental. Kini, sains dan teknologi dipuja dan diletakan pada posisi yang tinggi seolah-olah bisa menyelesaikan semua masalah manusia.
Al-Qur’an dan Alam Semesta
Al-Qur’an telah menambahkan dimensi baru dalam studi mengenai fenomena fisik dan membantu pikiran manusia untuk melampaui batasan-batasan alam materi. Al-qur’an sama sekali tidak memandang bahwa dunia materi adalah sesuatu yang lebih rendah. Bahkan sebaliknya, Al-qur’an dengan tegas menyatkan bahwa dalam dunia materi terdapat tanda-tanda yang dapat membimbing manusia kepada Allah, membuka misteri kegaiban dan sifat-sifat keagungan-Nya.
Alam semesta yang sedemikian luas ini adalah ciptaan Allah swt dan Al-qur’an mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap misteri keajaiban dan rahsianya serta memerintahkan manusia untuk menyaksikan eksistensi Tuhan melalui ciptaan-Nya, menyingkap tabir kegaiban-Nya melalui perhatian mendalam akan realitas kongkrit yang terhampar luas di langit dan di bumi. Inilah yang harus dilakukan oleh ilmu pengetahuan yakni melakukan observasi untuk kemudian menarik dana menemukan hukum-hukum alam yang dpeeoleh dari hasil observasi dan eksperimen. Dengan kata lain dapat sampai ke sang pencipta melalui observasi yang diteliti dan tepat tentang hokum-hukum yang mengatur fenomena alam semesta. Dalam hal ini Al-qur’an menunjukan adanya realitas intelektual yang agung yaitu Allahswt lewat penelitian yang cermat dan mendalam akan semua ciptaan-Nya.
Al-qur’an menegaskan bahwa pikiran yang menyatakan bahwa alam semesta diciptakan sebagai sebuah permainan belaka hanya timbul dari orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka seharusnya menyadari bahwa alam semesta yang sedemikian luas ini, dengan keajaiban dan rahasia yang tersimpan di dalamnya, bukanlah diciptakan oleh seorang untuk tujuan  bermain-main melainkan diciptakan oleh Tuhan yang maha bijaksan dan yang maha adil. Sungguh tidak wajar anggapan yang menyatakan bahwa Allah pencipta alam semesta ini dengan sia-sia sebab perbuatan baik dan buruk, kebaikan dan keburukan masing-masing akan mempeoleh balasan. Anggapan penciptaan alam semesta sebagai permainan belaka merupakan khayalan sia-sia dari orang kafir karena seluruh alam semesta beserta isinya itu diciptakan dalam kebenaran dan keadilan sebagaimana difirmankan Allah:ƒ .. 
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi  beserta apa yang ada diantara keduanya dengan bermain-main. kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan tujuan yang hak (benar) tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS Al-Dukhan 44:38-39)
Dengan demikian, orang yang beriman akan tetap berdiri di atas landasan yang kukuh, memahami  dan menyadari alasan-alasan penciptaan yang ditentukan oleh Allah sang pencipta. Dalam penilaianya, Allah adalah pencipta alam semesta, Allah adalah kebenaran tertingi dan sebab dari semua sebab, dia tetap ada pada saat tidak ada sesuatupun dan Dia akan tetap ada pada saat segala sesuatu akan kehilangan keberadaanya. Sebaliknya kaum kafir berdiri di atas landasan yang rapuh dan berbicara hanya berdasarkan pada dugaan, ramalan dan prasangka yang tidak pasti. Pandangan sedemikian sempit dan dibatasi oleh tabir struktur materi, sehingga ia tidak mampu melihat hakikat sesuatu yang berada dibalik materi itu. Inilah perbedaan yang paling  mendasar antara orang yang beriman dengan orang yang tidak beriman.
Orang yang beriman berpikir bebas dan melihat hidup sebelum dan sesudah berakhirnya alam semesta sebagai dua sisi dari gambar yang sama. Sedangkan orang kafir berdiri sebagi orang yang terpenjara oleh alam semesta, mereka melihat dunia ini seolah-olah kekal dan abadi. Mereka tidak mampu memahami bahwa kekekalan dan keabadian itu sesungguhnya hanya ada pada sifat-sifat Allah tuhan yang menguasai alam semesta ini. Allah berfirman:
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dia yang menghidupkan dan mematikan dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu. Dialah yang awal dan yang akhir, yang dzahir dan yang batin dan Dia maha mengetahui segal sesuatu. (QS Al-Hadid 57:2-3).
            Al-qur’an berusaha mengangkat derajat manusia pada kedudukan yang tinggi dengan menunjukan bahwa manusia diberikan kemampuan untuk melihat dan memahami sifat-sifat sejati Allah dan kemudian merenungkan kemuliaan dan kebesara-Nya.
            Jadi Al-qur’an memberikan kepada manusia kunci ilmu pengetahuan tentang bumi dan langit seta menyediakan peralatan untuk mencari dan meneliti segala sesuatu agar dapat mengungkap dan mengetahui keajaiban dari kedua dunia itu. Al-qur’an juga mendorong manusia untuk memperoleh sesuatu dari dunia iniyang bermanfaat bagi kesejahteraan. Al-qur’an juga mengajarkan agar manusia tidak khawatir atau takut trhadap kekuatan itu secara tepat karena semua itu diciptakan bagi kepentingan hidup manusia.
Tela’ah Historis: Sumbangsi Islam terhadap Perkembangan Sains dan Teknologi
Terdapat beberapa faktor yang menggerakan penemuan baru dalam teknologi islam terutama pada abad VIII M hingga XII M yaitu puncaknya perkembangan teknologi dan peradaban islam. Peranan yang dimainkan islam melalui ajaran merupakan gaya baru momentum yang tinggi dalam pencapaian teknologi pada waktu tersebut. Al-qur’an  banyak sekali menyebut tentang seruan Allah agar manusia terus tekun menimba ilmu pengetahuan dan berusaha dalam mencapai penemuan-penemuan baru dengan memikirkan tentang tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam menciptakan alam ini.  Bahkan surat yang pertama yang diturunkan kepada Muhammad saw adalah seruan tuhan kepada manusia untuk mencari ilmu pengetahuan.
Peradaban sains dan teknologi serta kebudayaan dalam perkembangan islam disebabkan oleh meningkatnya taraf kehidupan dikota-kota yang dihuni oleh islam. Peradaban kota tersebut disebabkan oleh ajaran islam yang diamalkan oleh penduduknya maka secara tidak langsung, islamlah yang telah mendorong, mengembangkan dan meningkatkan kemajuan teknnologi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikatakan oleh George Sarton (ilmuan  sains Barat) bahwa: “Para pengkaji yang berhubungan dengan zaman pertengahan telah memberikan kepada kita ide  palsu sama sekali tentang pemikiran sains zaman pertengahan karena kemampuan mereka yang terlalu eksklusif kepada pemikiran barat, sedangkan pencapaian tertinggi telah diperoleh oleh orang-orang timur…… sebutan orang ini kepada mereka……Al-Kindi, Al-Khawarizmi, Thabit Ibnu-Qura, Al-Kharkhi, Omar Khayam dll, yang semuanya lebih tinggi dari sarjana-sarjana  yang dipuja dibarat”
Kemudian Sarton menegaskan lagi bahwa :  “Abad ke-9 hampir sepenuhnya berupa abad orang islam,… kegiatan sarjana-sarjana islam dan orang sainsnya, amatlah superior. Merekalah yang menjadi pemegang piwai sebenarnya bagi peradaban masa itu”. Sebelum Salton mengemukakan ini, Smith telah lebih dulu menegaskan  dalam bukunya “The History of Mathematics” bahwa : “Eropa telah berhutang atas Renaissancenya (Pembaharuanya) Kepada zaman keemasan islam ini.
Dalam bidang sains dan teknologi meliputi matematika, kimia, fisika, geologi, astronomi dan lain sebagainya. Namun demikian, tidak seperti bidang-bidang sains lain penemuan teknologi dibidang sains hasil sumbangan pengkaji islam tidak banyak yang dapat diperoleh untuk dijadikan rujukan masa kini. Ini bukan berarti pengkaji islam tidak banyak menyumbangkan teknologi  dalam bidang sains, akan tetapi sebab utamanya terjadi keadaan demikian didasarkan dua factor sabagai berikut:
1.      Pakar-pakar sains dan teknologi pada masa itu lebih banyak menfokuskan usaha-usaha mereka ke arah penggunaan teknologi yang diciptakan dari penemuan mereka, bidang penulisan tidak difokuskan sepenuhnya oleh karena desakan yang kuat dan keperluan yang penting untuk menciptakan dan menggunakan teknologi yang dihasilkan.
2.      Memang tidak tidak bisa dipungkiri bahwa ketika jatuhnya satu demi satu negeri-negeri muslim ditangan penjajah, banyak buku-buku dan manuskripsi yang dihasilkan oleh ilmuan-ilmuan muslim telah musnah dan binasa. Antara buku-buku yang masih tertinggal dan dapat diselamatkan ialah kitab al-Hiyal yang ditulis oleh Al-Jazari, Book of Artifinces yang ditulis oleh Banu Musa dan The Sublime Methods Of Spritual Mechines yang ditulis oleh Taqi Al-Din.
Sumbangan sains mekanikal yang utama dalam teknologi islam ialah alat mengangkut air untuk digunakan untuk pengairan, perumahan, industry dan lain sebagainya. Mesin pengangkut air yang pertama disebut shaduf yang digunakan Mesir dan Syria, alat yang murah dan mudah ini masih digunakan di Mesir hingga sekarang. Dua lagi alat pengangkut air yaitu Saqiya dan Nauja. Saqiya digerakan oleh tenaga seekor binatang ternak digunakan untuk memutarkan roda sehingga air bisa diangkut sedangkan Nauja yaitu perbaikan mesin yang pertama dengan menggunakan empat pencedok untuk meningkatkan kuantitas air ynag diangkat. Oleh karena itu, benar yang dikatakan oleh Dr-Ing Fahmi Amhar (2010) dalam bukunya TSQ Stories: Kisah-kisah penelitian dan pengembangan sains dan teknologi dimasa Peradaban Islam bahwa negeri kincir angin yang pertama bukan Belanda. Dia melanjutkan bahwa negeri kincir Angin pertama-tama pastilah suatu wilayah dalam Daulah Khilafah. Daulah Islam banyak wilayah yang kering, dimana air saja cukup langka, apalagi sungai yang dimanfaatkan sebagai sumber energy. Karena itu, di daerah kekurangan air tetapi memiliki angin yang stabil, kincir angin dapat dikembangkan sebagai altenatif sumber energy untuk industry.
Pengembangan teknologi kincir angin dimuat dengan jelas dalam kitab Al-Hiyal karya Banu Musa bersaudara dan kincir angin pertama kali digunakan dipropinsi Sistan, Iran timur sebagai mana dicatat oleh geographer Istakhri pada abad ke-9 M. Jadi masuk diakal jika sejarahwan Joseph Needham (1986) menulis bahwa “sejarah kincir angin benar-benar diawali oleh kebudayaan Islam”.
Membangun Peradaban Islam Modern
            Membangun peradaban islam Modern tidak hanya sekedar berteori saja akan tetapi harus direalisasikan dalam kehidupan dan tentunya Negara harus mempunyai peran penting dalam membangun kualitas generasi ke depan agar memiliki skill (kemampuan) dan inner capacity (potensi yang tak terbatas) di bidang masing-masing untuk menopang keberlangsungan peradaban umat yang disemangati oleh nilai-nilai Islam. Secara historis kejayaan peradaban Islam sebagai the Golden age (abad keemasan islam) merupakan aktualisasi dari kajian mereka terhadap islam dan kekonsistenanya dalam mendakwahka islam sebagai rahmatan lil alamin. Pada masa itu Eropa mengalami kegelapan peradaban, dimana orang yang gila dikatakan sebagai orang yang dimasuki oleh roh jahat (iblis) dan obatnya adalah harus dibunuh tetapi oleh Ibnu Sina (bapak kedokteran dunia) yang hidup pada masa peradaban islam bahwa orang yang gila harus diobati dengan cara dipisahkan dari orang yang waras agar tidak mengganggu orang lain.
            Oleh karena itu, peradaban islam harus dibangun mulai dari individu-individu yang sadar akan eksistensinya sebagai manusia yang memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang alam semesta, manusia dan kehidupan yang sumber rujukannya berdasarkan Al-qur’an dan sunnah kemudian didukung oleh para intelektual muslim yang telah paham dengan peradaban Islam modern dan tentunya Negara atau pemerintah harus berperan penting di dalamnya atau bahkan harus memberikan hadiah (beasiswa) kepada para ilmuan yang telah berhasil mendapatkan penemuan baru dibidangnya masing-masing seperti peran pemerintah Unite State, Jerman, Rusia, China, Jepang dan Negara-negara maju lainnya dalam mencetak para ilmuan yang menguasai bidangnya. Dan tentunya dalam membangun peradaban islam modern di Indonesia, kita memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan negara nonmuslim lainnya  karena kita sebagai umat muslim pernah memimpin dunia, bahkan konon kota Bagdad  dikenal dengan kota 1001 malam betapa indahnya Bagdad pada saat itu sehingga barat belajar di dunia muslim.
Pertanyaan besar kenapa pada saat itu kita bisa menguasai dunia? Peradaban terindah dunia pada saat itu adalah peradaban islam? Jawaban sederhananya adalah karena pada saat itu sumber inspirasi para ilmuan adalah al-qur’an dan sunnah sehingga banyak ilmu (saqofah islam) yang didapatkan, contoh, dalam sistem ekonomi kita kenal dengan ekonomi Islam yang mengharam riba (berlipat ganda), dalam ilmu pemerintahan kita kenal dengan pemerintahan islam (Khilafah Islam) yang menuntut pemimpinnya supaya jujur, adil dan tidak korupsi, pendidikan yang tidak materialistik, budaya yang tidak hedonistik, politik yang jujur, berdagang yang tidak menipu orang lain dan lain sebagainya. Nah inilah nilai-nilai ilahiah yang harus tertanam dalam diri individu-individu, kelompok-kelompok bahkan Negara, jika nilai ilahiah ini sudah tertanam dalam jiwa bangsa dan diaplikasikan dalam kehidupan bernegara kita maka yakin dan percaya peradaban islam modern akan bisa diwujudkan dalam waktu yang dekat. Oleh karena itu, peradaban islam modern bisa terwujud jika kita menggali semua inspirasi kita berdasarkan instruksi Al-Qur’an dan Sunnah sebagai landasan kita sehingga terwujudlah insan kamil yang berjiwa islami.
Kesimpulan
 Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kajian keilmuan pembagian adanya ilmu agama dengan ilmu umum adalah kesimpulan manusia yang mengidentifikasikan  ilmu berdasarkan objek kajian akan tetapi semua ilmu itu berasal dari tuhan pencipta semesta Alam.  Begitu pula dengan sains dan teknologi tidak pernah bertentangan dengan ajaran islam. Itu sebabnya ilmuan muslim pada saat itu menggali inspirasinya berdasarkan Al-qur’an dan sunnah Rasul saw.
Perkembangan sains menyebabkan umat islam lebih memahami dan meyakini akan keagungan Allah swt karena semakin banyak kita menemukan pengetahuan baru maka semakin kita merasa bahwa ilmu yang kita miliki masih sedikit dibandingan dengan ilmu Allah sehingga bertambahlah keyakinan kita akan keagungan Allah tuhan semesta alam. Sementara jika teknologi yang mementingkan kehidupan materelistik dan keduniaan semata tanpa dilandasi dengan keimanan kepada Allah swt sebenarnya tidak akan memberikan manfaat kepada manusia, malahan akan menimbulkan mudharat dan kebinasaan bagi manusia itu sendiri.

Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan Sunnah
Alhumami, A. 2006. Sains dan Teknologi dalam Islam. Jakarta: Republika
Arsyad, Azhar dkk. 2009. Membangun Universitas menuju Peradaban Islam Modern. Makassar: Alauddin Press
Bambang Pranggono, H. 2005. Mukjizat Sains dalam Al-Qur’an: Menggali Inspirasi Ilmiah. Bandung: Ide Islami
Fahmi Amhar, Dr-ing. 2010. TSQ Stories: Kisah-Kisah  Penelitian dan Pengembangan Sains dan Teknologi di Masa Peradaban Islam. Bogor: Al Azhar Press
G. Salton. 1948. The life of sciences. New York: Henry Schumann
Rahman, Afzalur. 2007. Ensiklopedia Ilmu dalam Al-Qur’an: Rujukan Terlengkap Isyarat-Isyarat Ilmiah dalm Al-Qur’an. Bandung: PT Mizan Pustaka
Sulaiman Nordin. 2000. Sains Menurut Perspektif Islam. Dewan Bahasa dan Pustaka. Kuala Lumpur dengan PT. Dwi Rama.
Purwanto, Agus. 2008. Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Al-Qur’an yang Terlupakan. Bandung: PT Mizan Pustaka.

1 komentar:

  1. Casinos not at the casino that have - DrMCD
    Casino Rewards. Casino 경상남도 출장안마 Rewards, the loyalty program that includes 구리 출장안마 Casino 거제 출장샵 Rewards, is not 정읍 출장마사지 at 성남 출장안마 the casino that has been at the casino that has been

    BalasHapus