Jumat, 24 Desember 2010

Al-khawarizmi dan Aljabar

(Oleh Didi Haryono)
Al-Khawarizmi
 Al-Khawarismi bukan nama  yang baru dikenal oleh  matematika muslim akan tetapi nama inilah dikenali di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi, Al-gorismi, Algoritma  dan beberapa ejaan penyebutan lainnya kemudian dinama latinkan menjadi Aljabar, bahkan beliau adalah imuwan tulen (insinyur muslim) yang mencoba mengkaji isi alam semesta ini terutama berkaitan dengan kehidupan  dan manusia (Sains dan teknologi), beliaulah yang menemukan Al Jabru wal Mukobala (penjabaran dan penyelesaian).
Nama asli beliau adalah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff.  Beliau adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologigeografi dan   tidak kalah populernya beliau juga ahli fiqh dan syariah yang berasal dari Persia.  Sekitar tahun 780 di Khwārizmi dilahirkan (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850. Menurut sejarah disepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad pada masa Khalifah Al-Ma’mun dan berpartisipasi dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta yang kemudian disebut “ketahuilah dunia”. Ketika hasil kerjanya dikopi dan di transfer ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan matematika dasar di Eropa.
Buku pertamanya, al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa Latin dari Aritmatika beliau, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi[1].
Sumbangsi pemikirannya tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan bahkan diberbagai bidang terutama fiqh dan syari’ah, itulah keunggulan ilmuwan matematika muslim disamping dia bisa mengkaji Al-qu’an dan Hadist sebagai sumber rujukan untuk menggali fakta-fakta yang baru yang berkaitan dengan kehidupan ini, manusia dan alam semesta, ilmuwan muslim juga berhak memberikan sumbangan pemikiran kepada siapa saja yang membutuhkannya.
·        Aljabar
Kata Aljabar berasal dari kata al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorismi, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit. Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar[2].
Pada buku beliau, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825, memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa Latin. Beberapa kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India, dan sumber-sumber Yunani, bahkan beliau dianggap orang yang bertanggung jawab tentang system pembuatan angka yang kita kenal sekarang ini, sekurang-kurangnya dari segi penggunaan dan penyebarannya ke Barat[3] .
Buku yang dikarang oleh al-khwarizmi terdiri dari :
1.      Al-jabar yaitu al-Kitāb al-mukhtaar fī isāb al-jabr wa-l-muqābala (Buku Rangkuman Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan)
2.      Aritmatika yaitu Algoritmi de numero Indorum ("al-Kahwārizmī pada angka kesenian Hindu")
3.      Rekonstruksi/ Geografi yaitu Kitāb ūrat al-Ar ("Buku Pemandangan Dunia" atau "Kenampakan Bumi")
4.       Astronomi yaitu  Zīj al-sindhind (“kalkulasi kalender astronomi”) dan Risāla fi istikhrāj ta-rīkh al-yahūd  ("Petunjuk Penanggalan Yahudi")
5.      Dua karya berisi tentang pagi (Ma’rifat sa’at al-mashriq fī kull balad) dan determinasi azimut dari tinggi (Ma’rifat al-samt min qibal al-irtifā’)
6.      ‘Mufatih al-Ulum’ : yang bermaksud beliau adalah pencinta ilmu dalam pelbagai bidang.
7.      Al-Jami wa al-Tafsir bi Hisab al-Hind : Karya ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin oleh Prince Boniopagri.
8.      Ibadah yaitu  Al-Amal bi’ Usturlab’ (berkaitan dengan amal perbuatan )
9.      Pergerakan yaitu  Al-Tarikh (berkaitan dengan jalan kebangkitan)
10.  Matematika Hisab dan Rukyat yaitu Al-Maqala Fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabilah.
11.  Dan banyak lagi karya beliau yang belum diketahui
Sebuah halaman dari  buku beliau Aljabar al-Khwārizmī  yaitu al-Kitāb al-mukhtaar fī isāb al-jabr wa-l-muqābala (Buku Rangkuman Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan) adalah buku matematika yang ditulis tahun 830. Buku ini merangkum definisi aljabar. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin berjudul Liber algebrae et almucabala oleh Robert of Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerard of Cremona. Metode beliau dalam menyelesaikan linear dan notasi kuadrat dilakukan dengan meredusi notasi ke dalam 6 bentuk standar (dimana b dan c adalah angka positif)
*         Angka ekual kuadrat (ax2 = c)
*         Angka ekual akar (bx = c)
*         Kuadrat dan akar ekual (ax2 + bx = c)
*         Kuadrat dan angka akar ekual (ax2 + c = bx)
*         Akar dan angka kuadrat ekual (bx + c = ax2)
*         Kuadrat ekual akar (ax2 = bx)
Dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi aljabar (penyimpanan atau melengkapkan) dan al-muqābala (menyeimbangkan). Aljabar adalah proses memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai yang sama di kedua sisi. Contohnya, x2 = 40x - 4x2 disederhanakan menjadi 5x2 = 40x. Al-muqābala adalah proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi. Contohnya, x2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x2 + 9 = x. Beberapa pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitab al-gabr wa-l-muqabala, termasuk Abu-Hanifa Al-dimawari, Abu-kamil (Rasāla fi al-ǧabr wa-al-muqābala), Abu Muhammad Adli, Abu yusuf Al-Missisi, Ibnu Turk, Sind bin ‘Ali, Saal bin bisr, dan Sarafaddin Al-Tussi[4].
Begitulah realitas kaum muslimin pada zaman keemasan islam banyak sekali ilmuwan muslim yang mencoba menggali perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satu dari sekian banyaknya pada saat itu adalah al-kwarizmi, Banyak kalangan barat yang mengagungkan kegemilangan islam pada waktu itu diantaranya  G. Salton dalam bukunya ‘Introduction to The History Of Science’ bahwa “pada abad kesembilan hampir sepenuhnya abad orang islam… dia melanjutkan kegiatan sarjana-sarjana islam dan ilmuwan sainsnya amat Superrior. Merekalah yang menjadi piwai peradaban pada masa itu” (Sarton, 1968:543)[5]. Kemudian D.E.Smith dalam “History of Mathematics” menyatakan bahwa “Eropa berhutang atas Renaissaincenya (Pembaharuannya) kepada zaman keemasan islam itu” (Smith, 1923:177)[6].
 Mereka (ilmuwan muslim) tidak pernah membedakan yang mana ilmu umum dan  yang mana ilmu khusus, mereka hanya mengetahui ‘ilmu itu tetap ilmu’ tidak ada dikotomi ilmu seperti yang terjadi pada hari ini. Fakta menunjukan ketika ada seorang teman  yang masuk di “ilmu umum” dia rajin pakai peci(songko) dikampusnya, kemudian temannya  katakan kamu “tidak cocok” disini yang cocok kamu jurusan agama, begitu juga sebaliknya ketika seorang muslimah yang mencoba menunjukan eksestensi sebagai muslimah sejati dengan memakai jilbab atau jubah (baca : jilbab dalam islam) temannya katakan kamu cocoknya di jurusan agama dan lain sebagainya, ini menunjukan bahwa kurangnya pengetahuan teman-teman pada saat ini  terhadap hakikat dan esensi dari ilmu itu sendiri sehingga banyak sekali orang yang terjebak dengan ilmu pragmatis yang mereka pahami, karena terjadinya sekularisme yang menimpa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didunia muslim.
Oleh karena itu saatnya dunia muslim bangkit dan para sarjananya dituntut untuk berkarir dan mengkaji bidang masing-masing agar kejayaan islam bisa kembali pada abad Millenium ini seperti yang  telah di katakan oleh Husain Matla dalam bukunya “Islam memimpin Milenium III: Tinjaun Historis Empiris, Futuristis akar Surut dan Bangkitnya Peradaban Dominan”, mau tidak mau islam tetap akan bangkit dan Berjaya kembali di muka bumi ini[7].

Bangkitlah………
Jayalah………………….
Dunia Membutuhkanmu………
Hidup Mahasiswa………………….
Allahu Akbar……………………………


[1] Biografi tokok-tokoh Islam
[2] Wikipedia Indonesia
[3] Sulaiman Nordin.2000. Sains Menurut Perspektif Islam. Dewan Bahasa dan Pustaka. Kuala Lumpur dengan PT. Dwi Rama
[4] Wikipedia Indonesia
[5] G. Salton (1968) ‘Introduction to The History Of Science’ Jil, I, Baltimore. The Williams & Wilkinson Co
[6] D.E.Smith (1923) “History of Mathematics” jilid I, New York: Ginn Co
[7] Husain Matla. (2009) “Islam memimpin Milenium III: Tinjaun Historis Empiris, Futuristis akar Surut dan Bangkitnya Peradaban Dominan”Penerbit Big Bang : Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar